Rabu, 02 Mei 2012

CONTOH KARYA TULIS MONUMEN NASIONAL UNTUK SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Alasan Pemilihan Judul
Penulis menyusun laporan widiya wisata ini dengan alasan berikut :
1.      Ingin mengetahui sejarah Monumen Nasional
2.      Ingin mengetahui lebih jelas lagi tentang sejarah Monumen Nasional
3.      Ingin mengetahui tempat-tempat dan diorama Monumen Nasional
Maka dari itu penulis memilih judul “Monumen Nasional” dengan harapan dapat mengetahui secara detail tentang sejarah Monumen Nasional.
B.     Tujuan Penulisan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mendapat data guna melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 2011/2012.
2.      Untuk menambah wawasan tentang sejarah bangsa Indonesia.
3.      Agar bangsa Indonesia selalu mengingat tentang kesaktian pancasila
C.    Metode Penulisan
Di dalam penulisan laporan widiya wisata ini, penulis menggunakan dua metode :
1.      Metode Observasi (Pengamatan langsung)
Yaitu penulis datang langsung ke tempat lokasi dengan Tanya jawab dengan pemandu atau petugas objek wisata Monumen Nasional.
2.      Mengambil kutipan dari berbagai sumber buku tentang sejarah Monas
D.    Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A.    Alasan Pemilihan Judul
B.     Tujuan Penulisan
C.     Metode Penulisan
D.    Sistematika Penulisan




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Monumen Nasional
Monumen Nasional atau yang popular disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kali) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00-15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.

B.     Sejarah
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelas pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi criteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan Monumen itu berbentuk lingga dan Yoni. Silaban kemudian diminta merancang Monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran Negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek R.M Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17,8,45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan Monumen itu. Tugu Peringatan Nasional kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Fredrich Silaban dan R.M Soedarsono, mulai di bangun 17 Agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun waktu 1961/1962-1964/1965 dimulai dengan secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monument secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Lokasi pembangunan Monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dan buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

  
C.    Rancangan Bangunan Monumen
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Linga dan Yoni. Tugu oblisk yang menjulang tinggi adalah linga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminine yang pasif dan negative, serta melambangkan malam hari. Lingga dan Yoni merupakan lambing kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk  Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang “Alu” dan “Lesung”, alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya Bangsa Indonesia. Monument terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25-25 meter dirancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pengeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak Monumen.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dengan sejarah Monumen Nasional membuktikan bahwa Indonesia telah merdeka di bawah pimpinan Ir. Soekarno
2.      Soekarno mulai mendirikan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka
3.      Soekarno menginpeksi pembangunan Monas.
B.     Saran-Saran
Setelah mengadakan observasi dan penelitian di Monumen Nasional dan sekitarnya penulis memberi saran sebagai berikut :
1.      Penulis berharap agar adik-adik yang mengunjungi Monumen Nasional dapat menjaga sikap melestarikan sejarah Indonesia dan dapat belajar di sekolah dengan baik.
2.      Untuk para pengunjung lokasi Monumen Nasional dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini
3.      Penulis berharap semua bangsa Indonesia menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap Negara Republik Indonesia
4.      Penulis berharap agar peristiwa tersebut dijadikan pedoman untuk melangkah ke depan menuju Negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.











DAFTAR PUSTAKA

1.      Buku Panduan Monumen Nasional (Monas) Jakarta Timur
2.      Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
3.      Pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1949
4.      Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia.


























LAMPIRAN



 


































 




































 



































 




 


































0 komentar:

Posting Komentar

DAFTAR DISINI

Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Ads 468x60px

Featured Posts