PENGANGGURAN
DAN CARA MENGATASINYA
LATAR BELAKANG
Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung
maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang
cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi
sangat besar dan kompleks.
Fenomena itulah yang menjadi keprihatinan Pakar Pendidikan
Jatim Daniel M. Rosyid dan Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas
Airlangga Sri Kusreni yang menyatakan pengangguran di Indonesia pada tahun 2008
ini sudah mencapai 12 juta jiwa. (Jawa Pos:27/03/2008).
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu
menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena
sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan
pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.
Hal ini akibat dari krisis finansial yang memporak-porandakan
perkonomian nasional, banyak para pengusaha yang bangkrut karena dililit hutang
bank atau hutang ke rekan bisnis. Begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang
terpaksa di-PHK oleh perusahaan di mana tempat ia bekerja dalam rangka
pengurangan besarnya biaya yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya.
Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yakni
pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat.
Awal ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak
sekitar tahun 1997 akhir atau 1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang
hebat melanda Asia khususnya Asia Tenggara mendorong terciptanya likuiditas
ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter di Indonesia, kebijakan likuidasi
atas 16 bank akhir November 1997 saja sudah bisa membuat sekitar 8000
karyawannya menganggur. Dan dalam selang waktu yang tidak relatif lama, 7.196
pekerja dari 10 perusahaan sudah di PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa
Barat, Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Selatan berdasarkan data pada akhir
Desember 1997.
Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana
sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian
yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap
sekitar 1,3 juta orang dari tambahan ngkatan kerja sekitar 2,7 juta orang.
Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran jadinya
akan melampaui 10 juta orang.
Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-data
pada tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah
memadai, seharusnya pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi negara berkembang macam
Indonesia adalah di atas 6%.
(http:// www..indopubs.com/andreas_limongan@hotmail.com)
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
(http:// www..indopubs.com/andreas_limongan@hotmail.com)
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka
pengangguran dinegara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan
ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal,
mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di
sektor informal.
Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan
dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai
tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah
bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh
bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur
walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.
Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah
sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme
seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu
menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali
disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat para siswa menjadi
bosan. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek dan dalam
profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik
kita juga adalah karena kita terlalu melihat pada gelar tanpa secara serius
membenahi kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni.
Dari
latar belakang diatas maka bisa dijadikan rumusan masalah sebagai berikut. “Bagaimanakah
strategi dan kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran?”.
Pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di
bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia
menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
(http://www.datastatistik-indonesia.com).
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran
terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja
(15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.
Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa
sekolan SMP, SMA, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena
sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. (http://www.organisasi.org)
Setengah Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang
bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah
pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
Jenis
& macam pengangguran
- Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
- Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti
musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
- Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah
pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung
dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
PEMBAHASAN
Penganggur
itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial,
politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang
luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian,
listrik, air bersih dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai
penghasilan.
Oleh
karena itu, apa pun alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah
pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan kebijakan yaitu :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan kebijakan yaitu :
Pemerintah memberikan bantuan
wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal
lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar
dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya.
Mendorong terbentuknya kelompok
usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya
pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai
teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN,
BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
Segera melakukan pembenahan,
pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya daerah yang tertinggal
dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan
komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai
jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia.
Segera membangun lembaga sosial yang
dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT
Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan
terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
Segera menyederhanakan perizinan dan
peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat
investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal
itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan
iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
Mengembangkan sektor pariwisata dan
kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah yang belum tergali potensinya)
dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan
asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan
pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap
tenaga kerja daerah setempat.
Melakukan program sinergi antar BUMN
atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling
mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan
menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan
secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL
Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
Dengan memperlambat laju pertumbuhan
penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia dini) yang diharapkan dapat
menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem
transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang
penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh
pemerintah
Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi secara ketat terhadap
pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal
itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Segera harus disempurnakan kurikulum
dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum
sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena
sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak
siap menghadapi dunia kerja.
Segera mengembangkan potensi
kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak geografis yang
strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian
Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan
lapangan kerja yang produktif
CARA-CARA MENGATASI PENGANGGURAN
Ada
berbagai cara mengatasi pengangguran, yaitu:
1. Peningkatan
Mobilitas Tenaga kerja dan Moral
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan
memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang
keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru.
Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya)
ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan
untuk mengatasi msalah pengangguran structural.
2. Pengelolaan
Permintaan Masyarakat
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui
manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa
yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3. Penyedian
Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian
informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga
kerja.
Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu
perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa
yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan
informasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system
informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti
itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media
massa. Bisa juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah
kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi
pengangguran friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak
mengganggu karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja
justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa
harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila
orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di
sejumlah Negara, pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para
penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur dengan
mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan
adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila
pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan
lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan
pertumbuhan ekonomi.
5. Program
Pendidikan Dan Pelatihan Kerja
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja
yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang
sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat
relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur adalah orang yang
belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
6. Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di
perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah
menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2119555-cara-cara-mengatasi-pengangguran/#ixzz1Ja2LiLqy
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2119555-cara-cara-mengatasi-pengangguran/#ixzz1Ja2LiLqy
KESIMPULAN
Pengangguran adalah problem yang terus menumpuk. Bertambah
dari tahun ke tahun. Persoalan pengangguran bukan sekedar bertumpu pada makin
menyempitnya dunia kerja, tetapi juga rendahnya kualitas SDM (sumber daya
manusia) yang kita punyai.
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap
ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing, perilaku
proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor komoditi,
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah
masih rendahnya arus masuk modal asing (investasi), stabilitas keamanan,
perilaku proteksionis (travel warning) sejumlah Negara-negara barat terhadap
Indonesia, perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global yang menjadikan
krisis pangan didunia, harga minyak dunia naik, pasar global dan berbagai
perilaku birokrasi yang kurang kondusif atau cenderung mempersulit bagi
pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah buruh ditengah dunia usaha yang
masih lesu.
Disamping masalah-masalah tersebut diatas, faktor-faktor
seperti kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas politik juga sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di
Indonesia.
Semua permasalahan hal diatas tampaknya sudah dipahami oleh
pembuat kebijakan (Decision Maker). Namun hal yang tampaknya kurang dipahami
adalah bahwa masalah ketenagakerjaan atau pengangguran bersifat multidimensi,
sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula.
GAMBAR-GAMBAR
0 komentar:
Posting Komentar