JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah-sekolah berlabel  Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menghadapi kesulitan  memenuhi kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan 20 persen kursinya  untuk siswa yang secara ekonomi kurang mampu.
Sekretaris Jenderal  Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listiyarti mengatakan,  fakta di lapangan menemukan adanya ketakutan siswa dari keluarga dengan  ekonomi lemah untuk mendaftar ke sekolah RSBI.
"Siswa dari  keluarga miskin ketakutan masuk RSBI, sehingga banyak sekolah RSBI yang  kesulitan memenuhi kuota. Jika dipaksakan masuk tanpa seleksi, maka itu  akan menjadi bumerang," kata Retno, dalam diskusi mengenai RSBI, di  kantor Indonesian Corruption Watch (ICW), Jakarta, Rabu (6/6/2012).
Dijelaskan  Retno, minimnya minat siswa miskin mendaftar ke sekolah RSBI karena cap  mahal yang menempel di RSBI. Kalaupun siswa miskin memberanikan diri  untuk mendaftar ke RSBI, maka permasalahan lain juga akan muncul  setelahnya. Misalnya masalah psikologis dan lingkungan sosial yang  berbeda.
"Memaksakan siswa miskin masuk ke lingkungan sekolah yang  secara ekonomi dan sosial berbeda dapat menimbulkan culture shock,"  ujarnya.
Ketidakmampuan beradaptasi, kata Retno, akan merepotkan  siswa secara psiko-sosiologis karena dominasi akan menentukan pola  relasi sosial. Secara umum siswa kaya memiliki pola komunikasi,  pengetahuan, ekspresi, gaya hidup, cara berbahasa, berpikir, berbicara,  dan bertindak lebih dominan.
"Siswa miskin yang terdominasi  biasanya tunduk pada pola hubungan yang diciptakan siswa kaya dalam gaya  belajar, seragam, dan kegiatan keakraban. Jika kecenderungan itu tidak  diperhatikan oleh para guru dan sekolah, maka siswa miskin akan berada  pada kondisi tertekan secara psikososial," tandasnya.
Ditambahkan  Retno, dalam sebuah survey Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ),  ditemukan kecenderungan siswa pintar tapi miskin takut mendaftar ke  sekolah-sekolah RSBI. Alasan yang umum dikhawatirkan oleh siswa adalah  biaya mahal dan khawatir tak mampu membayarnya, takut diharuskan  memiliki laptop, takut bergaul dengan anak-anak dari keluarga kaya, dan  minder.                              
 







0 komentar:
Posting Komentar