JAKARTA, KOMPAS.com — Siswa dari keluarga kurang mampu  tak perlu lagi dihantui perasaan "takut" saat ingin mendaftar ke sekolah  Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Pemerintah pusat dan  daerah telah menjamin 20 persen dari total siswa di RSBI dialokasikan  bagi siswa miskin di semua jenjang.
Kepala Dinas Pendidikan DKI  Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, proses penerimaan peserta didik  baru (PPDB) di semua sekolah RSBI tidak berlandaskan pada kemampuan  siswa untuk membayar, tetapi pada kompetisi secara akademik. Siswa  miskin akan mendapatkan haknya di sekolah RSBI, dengan catatan mampu  memenuhi passing grade di sekolah tujuan.
"Indikator  biaya bukan penentu. Siswa miskin dapat diterima dan akan kita kawal  asalkan dia mampu bersaing secara akademik," kata Taufik saat berkunjung  ke Redaksi Kompas.com, Kamis (21/6/2012), di Jakarta.  
Jika  ada sumbangan yang ditetapkan kepada para calon siswa, menurutnya,  digunakan untuk pengembangan mutu pendidikan dan hanya dibebankan pada  siswa dari keluarga mampu. 
"Sumbangan itu untuk yang mampu.  Yang tidak mampu akan kita kawal jangan sampai berhenti karena alasan  biaya. Datang saja ke sekolah, dan jangan percaya sama isu yang beredar  karena di semua sekolah sudah ada prinsip senyum, salam, dan sapa,"  ujarnya.
Kepala SMPN 1 RSBI Cikini Bambang K Karnoto mengatakan,  sesuai regulasi yang ditetapkan pada semua sekolah RSBI, tahun ini  sekolahnya akan menerima 180 siswa baru dan mengalokasikan 20 persen  kursi dari jumlah tersebut untuk siswa miskin.  Untuk mendapatkan 20  persen siswa miskin itu, ia mengaku melakukan sistem jemput bola.  Caranya, dengan langsung mengunjungi dan menyebar formulir pendaftaran  ke sekolah-sekolah di sekitar wilayah Cikini.  
"Kami turun ke lapangan untuk mencari 20 persen siswa itu. Kita cari ke SD di sekitar situ, karena kita sudah punya networking sekolah mana saja yang siswanya melanjutkan ke sekolah kita," kata Bambang.  
Tahun  lalu, biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) di sekolahnya berkisar  di angka Rp 375.000-Rp 600.000 per bulan. Biaya sebesar itu digunakan  untuk kegiatan pengayaan materi, studi banding atau pelatihan di luar  negeri, kegiatan keinternasionalan, dan menghadirkan native speaker.
"Untuk siswa yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maka bisa diringankan, atau gratis sama sekali," kata Bambang. 
Sosialisasi
Adanya  anggapan bahwa RSBI mahal dan diskriminasi terhadap siswa dari keluarga  miskin, diakui Taufik Yudi, karena lemahnya sosialisasi. Tak hanya itu,  calon siswa dan orangtuanya terbatas dalam menjaring informasi terkait  RSBI. Hal ini, menurutnya, menyebabkan adanya anggapan-anggapan yang  akhirnya mengurungkan niat mereka untuk mendaftarkan diri.
"Oleh karena itu, kami berharap juga bantuan media untuk membantu menyosialisasikan ini," katanya.
Pada  penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2012/2013 ini, lanjut Taufik,  besaran biaya yang dibebankan kepada calon siswa baru akan ditetapkan  setelah hari raya Idul Fitri, Agustus mendatang. "Sekarang, yang penting  lulus tes dan masuk. Biaya nanti belakangan. Karena kami menyadari,  kebutuhan orangtua menjelang Lebaran pasti besar. Jadi, biaya akan  ditetapkan setelah Lebaran," jelasnya.
                                                                                                                   sumber http://kompas.com/
Jumat, 22 Juni 2012
Siswa Miskin Jangan Takut Daftar ke RSBI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 







0 komentar:
Posting Komentar